Selasa, 06 November 2012


Aku mencintai mu.,
seadanya diri mu tiada yang lain
nama mu indah terpahat di dalam
hati ini..

Aku mencintai mu.,
bersama kerinduan tiada bertepi
dari pagi yang indah hingga malam
yang nyaman tiada terhitung rindu ini..

Aku mencintai mu.,
dari segala kelebihan mu
dan dari segala kekurangan mu..

Aku mencintai mu.,
tiada yang dapat ku persembahkan
tiada kata berkias seindah terang bintang
dan tiada kata berkias seteduh langit biru..

Aku mencintai mu.,
tanpa mengharap diri mu
menjadi milik ku abadi..

karena aku mencintai mu dengan.,
hati yang paling ikhlas
dan aku mencintai mu karena Allah..

Minggu, 28 Oktober 2012

doa qu

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Ya Allah…
Seandainya telah Engkau catatkan…
Dia milikku, tercipta buatku…
Satukanlah hatinya dengan hatiku…
Titipkanlah kebahagiaan antara kami…
Agar kemesraan itu abadi…

Ya Allah…

Ya Tuhanku yang Maha Mengasihani…
Seringkanlah kami melayari hidup ini…
Ketepian yang sejahtera dan abadi…
Maka jodohkanlah kami…

Tetapi Ya Allah…
Seandainya telah Engkau takdirkan
Dia bukan milikku…
Bawalah dia jauh daripada pandanganku…
Luputkanlah dia dari ingatanku…
Dan periharalah aku dari kekecewaan…

Ya Allah ya Tuhanku yang Maha Mengerti…
Berikanlah aku kekuatan…
Menolak bayangannya jauh ke atas langit…
Hilang bersama senja yang merah…
Agarku sentiasa tenang…
Walaupun tanpa bersama dengannya

Ya Allah yang tercinta…
Pasrahkanlah aku dengan takdir-Mu…
Sesungguhnya apa yang telah Engkau takdirkan
Adalah yang terbaik untukku…
Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui…
Segala yang terbaik buat hamba-Mu ini…

Ya Allah…
Cukuplah Engkau sahaja yang menjadi pemeliharaku…
Di dunia dan akhirat…
Dengarkanlah rintihan daripada hamba-Mu yang daif ini…
Jangan Engkau biarkan aku sendirian…
Di dunia ini mahupun di akhirat…
Menjuruskan aku ke arah kamaksiatan dan kemungkaran…
Maka karuniakanlah aku seorang pasangan yang beriman…
Agar aku dan dia sama-sama dapat membina kesejahteraan hidup…
Ke jalan yang Engkau redhai…
Dan karuniakanlah kepadaku keturunan yang soleh dan solehah…

Ya Allah…
Berikanlah kami kebahagiaan di dunia dan akhirat…
Dan periharalah kami dari azab api Neraka…

Aamiin…Aamiin…Yaa Rabbal ‘aalamiin.
Jodoh itu telah digariskan.
Jodoh itu telah ditentukan.
Jodoh itu telah ditakdirkan.
Dan jodoh itu telah ditetapkan.
Walaupun hal itu tetap menjadi rahasia-Nya dengan siapa nantinya kita bakal berjodoh.

Jodoh itu tidak hanya milik sebagian orang.
Tidak juga hanya untukku.
Tidak juga hanya untuk Kalian.
Apa lagi hanya untuk mereka.
Akan tetapi kita semua mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapatkannya.

Seiring perjalanan waktu.
Kadang kita begitu risaunya.
Ketika kita belum mendapatkan pasangan.
Ketika kita merasa sudah waktunya.
Ketika sebagian sahabat telah mendapatkan.
Ketika dalam hati kita merasa terlambat.

Tapi ketahuilah.
Kita tak hanya sekedar mencari jodoh yang baik.
Kita tak hanya sekedar mengejar jodoh yang baik.
Ada yang jauh lebih penting dari kesemuanya itu.

Yaitu..
Menggapai jodoh dengan niat yang baik.
Menggapai jodoh denga cara-cara yang baik.
Dengan menjadikan diri sebagai orang yang baik.
Berakhlak yang baik.
Bergaul yang baik dengan banyak berkumpul dengan orang-orang yang baik pula.
Dan tentu saja kita tak boleh melupakan untuk selalu berdoa sembari menunggu keputusan-Nya.

Ingat..

Menikah dengan waktu yang sedikit tertunda akan jauh lebih baik daripada menikah dengan terburu-buru tapi mendapatkan pasangan yang kurang baik

Kamis, 18 Oktober 2012

kenapa harus pake jilbab..??


 Dewasa ini umat muslim sedang dilanda dengan berbagai macam masalah. Entah itu dari dalam maupun dari pihak luar atau non muslim (yahudi nasrani). Semua itu hanya mempunyai satu tujuan, yaitu merusak atau meruntuhkan islam.
      Penulis sekarang ingin mengajak pembaca untuk membuka pikiran dan memahami tentang sebuah pertanyaan simple namun untuk menjawabnya kita tidak bisa main-main. “Kenapa kita harus memakai jilbab?”. Pertanyaan ini memang penulis khususkan untuk golongan hawa atau muslimah, namun tidak menutup kemungkinan juga pertanyaan ini dijawab oleh para golongan adam. Karena menurut penulis peranan kaum muslimah sangat penting. Bahkan sudah menjadi rahasia umum kalau kaum muslimah sangat mempengaruhi pola hidup kaum adam.
    Untuk itu penulis akan memulai pembahasan ini dengan mengkaji apa itu jilbab dan pengertian mengenai jilbab itu sendiri.


Apa sih jilbab itu..???

Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI), jilbab adalah kerudung lebar yang dipakai wanita muslimah untuk menutupi kepala dan leher sampai dada. Secara terminologi, dalam kamus yang dianggap standar dalam Bahasa Arab, akan
kita dapati pengertian jilbab seperti berikut :

  1. Lisanul Arab : "Jilbab berarti selendang, atau pakaian lebar yang dipakai wanita
    untuk menutupi kepada, dada dan bagian belakang tubuhnya."
  2. Al Mu'jamal-Wasit : "Jilbab berarti pakaian yang dalam (gamis) atau selendang
    (khimar), atau pakaian untuk melapisi segenap pakaian wanita bagian luar untuk
    menutupi semua tubuh seperti halnya mantel."
Setelah kita mengetahui pengertian jilbab menurut KBBI dan termologi, ada baiknya juga kita merujuk uraian para ulama tafsir mengenai jilbab sesuai dengan penafsiran mereka tentang surah Al Ahzab ayat 59:
1.     Tafsir Ibnu Abbas : “ selendang atau jilbab tudung wanita hendaklah menutupi leher dan dada agar terpelihara dari fitnah atau terjauh dari bahaya zina.”
2.     Tafsir Qurthuby : “ Allah SWT memerintahkan segenap kaum muslimah agar menutupi seluruh tubunya, agar tidak memperagakan tubuh dan kulitnya kecuali dihadapan suaminya, karena hanya suaminya yang dapat bebas menikmati kecantikannya.”
3.     Tafsir Ayatul Ahkam : “ Memakai jilbab atau kerudung merupakan ibadah dalam memenuhi firman Allah surah Al Ahzab ayat 59. Yang menegaskan bahwa bagi seorang muslimah yang memekai jilbab itu sebanding dengan melaksanakan perintah sholat, karena keduanya sama-sama diwajibkan Al-Qur’an. Apabila seorang muslimah menolak untuk memakai jilbab atau menutup auratnya, dan dengan sengaja menentang hukum Allah, berarti dia telah kafir atau murtad, karena telah menentang Al-Qur’an. Apabila dia meninggalkan jilbab atau karena ikut-ikutan atau karena kelalaian belaka, dia termasuk orang yang durhaka kepada Allah SWT.
4.     Tafsir Fii Zhilalil Qur’an : “ Allah SWT memerintahkan kepada isteri-isteri nabi dan kaum muslimah umumnya agar setiap keluar rumah senantiasa menutupi tubuh, dari kepala samp[ai ke dada dengan memakai jilbab tudung yg rapat, tidak menerawang, dan juga tidak tipis. Hla demikian dimaksudkan untuk menjaga identitas mereka sebagai muslimah dan agar terpelihara dari tangan-tangan jahil dan kotor. Karena mereka yang bertangan jaghil dan kotor itu, pasti akan merasa kecewa dan mengurungkan niatnya setelah melihat wanita yang berpakaian terhormat dan mulia secara islam”.

Melalui Nabi SAW, Allah SWT memerintahkan agar setiap wanita muslim itu menurunkan jilbabnya. Dan Allah SWT tidak akan menyuruh hambanya melakukan sesuatu jika itu tidak ada manfaatnya. Seperti halnya puasa, memakai jilabab memiliki manfaat atau kebaikan yang bisa dirasakan di dunia maupun di akhirat.



Manfaat berjilbab..

     Berikut ini adalah manfaat yang dapat penulis sampaikan kepada saudari-saudari sekalian tentang manfaat memakai jilbab:

1.      Terhindar dari azab neraka

Rosulullah SAW bersabda:
“ Ada dua macam penghuni neraka yang tidak pernah ku lihat sebelumnya; sekelompok laki-laki yang memegang cemeti laksana ekor sapi, mereka mencambuk manusia dengannya. Dan wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang, sesat dan menyesatkan, yang dikepala mereka ada sesuatu mirip punuk unta. Mereka (wanita-wanita seperti ini) tidak akan masuk surga. Sedangkan bau surga tercium dari jarak yang sangat  jauh.” (HR. Muslim)
Yang dimaksud dengan ‘wanita yang berpakaian namun telanjang’ adalah wanita-wanita yang memakai pakaian namun bentuk tubuhnya tetap terlihat. Penulis sering kali bertemu dengan ‘mereka’ wanita-wanita yang mengaku dirinya muslim yang dengan pakaian yang belum jadi atau pakaian yang kekurangan bahan. Dengan bangga mereka memamerkan baju mereka yang belum jadi itu dengan alasan pakaian yang mereka kenakan adalah pakaian mahal atau bermerk.
Wahai muslimah-muslimah kebanggaan umat. Apakah kalian mau memakai pakaian tersebut dan dengan bangga mempertontonkan perhiasan kalian yang sangat berharga? Dari hadist diatas penulis yakin pembaca sudah mengetahui apa balasan jika mereka para kaum hawa memakai pakaian yang belum jadi seperti itu. Sungguh amat keji azab yang Allah SWT berikan. Mereka (wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang) TIDAK AKAN MENCIUM BAU SURGA. Jangankan untuk memasukinya, mencium baunya saja tidak akan bisa. Sungguh azab yang sangat pedih. Bahkan dalam riwayat Abu Ya’la menyebutkan bahwa aroma / bau surga dapat dicium dari jarak 500 tahun perjalanan.

2.      Terhindar dari pelecehan

Allah SWT berfirman:
“ Wahai Nabi ! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu’min. ‘Hendaklah mereka menutup jilbabnya keseluruh tubuh mereka.’ Yang demikian agar mereka lebih mudah dikenali sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (QS. Al-ahzab 33: 59)
Allah SWT menjamin ukhti-ukhti sekalian kalau ukhti berjilbab ukhti tidak akan diganggu. Diganggu oleh siapa? Oleh setan terkutuk dan setan yang berwujud manusia. Dua pengganggu itulah yang menjadi musuh yang nyata buat semua umat manusia.
Islam sangat memuliakn wanita. Bahkan islam mengibaratkan wanita sebagai perhiasan yang sangat mahal lagi langka. Jika bisa diberi harga. Harga seorang muslimah itu lebih mahal dari bumi dan seisinya. Dan perhiasan itu adalah aurat ukhti.
“ Dan katakanlah kepada perempuan yang beriman agar mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah menampakan perhiasannya (aurat), kecuali yang biasa terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama muslim) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan),atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka menghentakan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, Wahai orang-orang yang beriman, aghar kamu beruntung.” (QS. An-Nur 24: 31)
Bukankah tindak pelecehan lebih banyak terjadi kepada ukhti yang berpakaian minim? Dari ayat diatas penulis yakin bahwa pembaca kinimengetahui mana yang menjadi muhrim ukhti dan mana yang bukan. Untuk para suami dan calon suami. Maukah perhiasan berharga yang seharusnya hanya kalian yang menikmatinya di nikmati oleh orang-orang yang tidak berhak menikmatinya? Dan untuk para muslimah, bukankah rambut ukhti adalah mahkota ukhti. Bukankah mahkota adalah perhiasan yang sangat berharga? Dan bukankah jika memiliki perhiasan yang sangat berharga tidak akan kita pertontonkan kepada sembarang orang?
Pilihan ada ditangan pembaca. Segeralah memilih sebelum waktu kita habis dan Izro’il telah menjemput kita kembali.

3.      Memelihara kecemburuan laki-laki

Cemburu adalah sifat dasar manusia. Karena semua manusia pastilah pernah cemburu.Bahkan tahukah pembaca bahwa Allah SWT juga bisa cemburu. Namun, kecemburuan Allah SWT sangat berbada dengan cemburunya manusia.
Rosulullah SAW bersabda:
“ Allah itu cemburu dan orang yang beriman juga cemburu. Kecemburuan Allah adalah ketika seorang mu’min menghampiri apa yang diharamkan-Nya.” (HR. Muslim)
Dari hadist diatas kita tahu bahwa Allah SWT akan cemburu kalau ada hambanya yang mu’min menghampiri aemua yang Dia haramkan. Kita semua tahu kalau cemburu itu tandanya cinta. Maukah pembaca dicintai oleh Yang Maha Mencintai? Penulis aja mau..!
Seperti yang penulis tuturkan diatas. Cemburunya Allah berbeda dengan cemburunya manusia. Kebanyakan jika manusia cemburu hasil akhirnya  adalah cemburu buta yang bisa bermuara kepada fitnah. Wahai pembaca yang beriman. Manakah yang akan pembaca pilih? Menjalani hidup dengan pasangan yang selalu cemburu atau yang penuh dengan cinta kasih?
Bagi kaum adam. Cemburukah akhi jika ada yang melihat aurat pasanganmu? Dan bagi kaum hawa. Bagaimanakah perasaan ukhti jika aurat ukhti dilihat orang dan yang lebih parahnya lagi pasangan ukhti biasa-biasa saja tanpa ada respon apa-apa sedikitpun?

4.      Seperti bidadari

Apa yang ada dibenak pembaca jika mendengar kata bidadari? Pasangan yang sempurna yang diciptakan oleh Yang Maha Sempurna untuk menemani hidup kita disurga kelak. Amien.
Adakah bidadari di dunia ini? Tentu saja ada, yaitu mereka para muslimah-muslimah yang soleha yang menutup auratnya. Mereka itulah bidadari di dunia ini. Penulis menyebut wanita-wanita soleha sebagai bidadari dunia karena mereka berdua memiliki kesamaan sifat, yaitu:

·         Selalu membatasi pandangannya

“ Didalam surga itu ada bidadari-bidadari yang membatasi pandangan, yang tidak pernah disentuh oleh manusia maupun jin sebelumnya.” (QS. Ar-Rahman 55: 56)

·         Terjaga dengan baik perhiasannya (auratnya)

“ Dan disisi mereka ada (bidadari-bidadari) yang bermata indah dan membatasi pandangannya. Seakan-akan mereka adalah telur yang tersimpan dengan baik.” (QS. As-Shaffat 37: 48-49)
Dalam surat Ar-Rahman ayat 58 AllahSWT menjelaskan betapa cantiknya para bidadari-bidadari tersebut. “ Seakan-akan mereka itu permata yakut dan marjan.” (QS. Ar-Rahman 55: 58)
Maukah ukhti menjadi bidadari dunia? Maukah akhi memiliki istri atau calon istri bidadari dunia?

5.      Mencegah kanker kulit

Menurut penelitian para ahli. Jika kulit sering terpapar sinar matahari. Besar resikonya terkena kanker kulit. Dan pembaca pasti sudah tahu penyakit seperti apa kanker itu?
Islam menawarkan solusi kanker kulit dengan mudah, simple dan relatif murah. Solusinya Cuma satu, yaitu hanya dengan menutup aurat atau berjilbab. Kalau pembaca tidak percaya. Silahkan pembaca membuktikannya dengan berjemur dibawah teriknya sinar matahari secara kontinyu.

6.      Memperlambat gejala penuaan

Dewasa ini begitu banyak produk-produk kecantikan yang berkilah bahwa produknya bisa memperlambat gejala penuaan. Jika memang benar pastilah harganya tidak murah. Penulis punya cara lain untuk memperlambat gejela penuaan. Tentunya cara yang penulis anjurkan ini bebas biaya alias gratis dan mudah.
Bagaimana caranya? Caranya hanyalah dengan memakai jilbab. Loh memang apa kaitannya dengan berjilbab? Sangat erat kaitannya. Inilah penjelasannya.
Apabila kulit selalu terpapar sinar matahari. Melanosit (sel-sel melanin) yang terdapat di kulit akan mengeluarkan melanin. Akibatnya, rusaklah jaringan kolagen dan elastin. Jaringan-jaringan inilah yang berperan penting dalam menjaga kelenturan dan keindahan kulit.
Nah, dengan berjilbab rangsangan sinar matahari yang diterima kulit akan terlindungi oleh adanya jilbab. Penulis juga punya satu cara ampuh lagi untuk membuat muka cereh, cemerlang dan bebas jerawat. Yang pasti cara ini juga free dan mudah. Caranya ialah dengan membasuh muka kita dengan air wudhu lalu melaksanakan shalat secara kontinyu. Penulis jamin, muka pembaca akan lebih ganteng/cantik dan lebih cerah. Dan yang lebih penting lagi pembaca bisa masuk kedalam surga-Nya Allah SWT dengan wajah yang bersinar-sinar.
Cara manakah yang akan pembaca pilih? Apakah cara yang membutuhkan biaya mahal namun tidak menjamin pembaca masuk surge atau cara yang penulis anjurkan yang insya Allah bisa mengantarkan pembaca kedalam surga-Nya Allah SWT? Wallahu‘alam.

Rabu, 30 November 2011

tata cara sholat



1. Niat dan berdiri
Berniat untuk mengerjakan shalat fardhu/sunat, kemudian berdiri tegak menghadap kiblat. Niat cukup dalam hati saja, jangan mengucap “ushalli” karena hal itu tidak ada dalam sunnah Rasul. Pandangan mata hanya diarahkan ke tempat sujud agar dapat shalat dengan khusyu’.

Dalil Tentang Niat
  • “Rasulullah SAW bersabda: Pekerjaan-pekerjaan itu tidak lain hanyalah dengan niat, dan sesungguhnya setiap orang itu akan mendapatkan apa yang diniatkannya.” (HR. Bukhari & Muslim)
An-Nawawi mengatakan didalam Raudhatu ‘th Thalibin Al Maktab Al Islami, bahwa niat adalah maksud (keinginan). Orang shalat hendaklah menghadirkan didalam ingatannya akan shalat itu sendiri beserta kewajiban-kewajiban (rukun) dalam shalat. Kemudian memasukan pengetahuan dan ingatan itu secara sengaja dan menghubungkannya dengan awal takbir. Kemudian mereka berpendapat bahwa niat itu sudah cukup dalam hati saja.
Lafadz “ushalli…” tidak ada satupun dalil yang mengajarkannya, tidak pernah Rasulullah SAW memulai shalatnya dengan mengucap sebarang kata, selain takbir.
Oleh karena itu, ucapan “ushalli…” dimasukkan sebagai perkara bid’ah, karena termasuk menambah-nambahkan sesuatu yang baru dalam perkara agama. Dan bid’ah adalah kesesatan, dan kesesatan berarti neraka.
Janganlah kita mengikutinya, cukuplah kita berniat dalam hati saja. Kita mungkin menganggap mengucap “ushalli” itu ringan, namun kita tidak tahu kebencian ALLAH terhadap orang yang menambah-nambah urusan agama-NYA.
Apakah sukar shalat tanpa ushalli??? Jika tidak sukar, maka tinggalkan saja.



2. Takbiratul Ihram
Takbiratul ihram dengan cara mengangkat kedua tangan setinggi bahu/pundak secara bersamaan sambil membaca takbir “ALLAHU AKBAR” (Allah Maha Besar). Dimana jari-jari tangan dirapatkan dan telapak tangan diarahkan ke kiblat.

Dalil Tentang Takbiratul Ihram

  • “Dari Abdullah bin Umar, ia berkata: Aku melihat Rasulullah SAW mengangkat kedua tangan hingga sejajar pundak ketika memulai salat, sebelum rukuk dan ketika bangun dari rukuk. Beliau tidak mengangkatnya di antara dua sujud.” (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’I, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmed bin Hanbal,Malik & Ad Darami) 

  • “Dari Salim bin Abdullah bin Umar, katanya: Apabila Rasulullah SAW berdiri hendak shalat, maka diangkatnya kedua tangannya hingga setentang dengan kedua bahunya sambil membaca takbir. Apabila beliau hendak ruku’ dilakukannya pula seperti itu, begitu pula ketika bangkit dari ruku’. Tetapi beliau tidak melakukannya ketika mengangkat kepala dari sujud.” (HR. Muslim)
  • “Dari Ibnu Umar Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam mengangkat kedua tangannya lurus dengan kedua bahunya ketika beliau memulai shalat, ketika bertakbir untuk ruku’, dan ketika mengangkat kepalanya dari ruku’.” (Muttafaq Alaihi)

  • Dalam riwayat Muslim dari Malik Ibnu al-Huwairits ada hadits serupa dengan hadits Ibnu Umar, tetapi dia berkata: sampai lurus dengan ujung-ujung kedua telinganya.
  • “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam memulai shalat dengan kata-kata ‘Allahu akbar’ (ALLAH Maha Besar). (HR. Muslim & Ibnu Majah)
  • Rasulullah mengeraskan suaranya dengan takbir sehingga terdengar oleh orang-orang yang berada di belakangnya.” (HR. Ahmad & Hakim, dishahihkan olehnya dan disepakati oleh Adz Dzahabi)
  • “Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya tidaklah sempurna shalat salah seorang diantara manusia, sehingga ia berwudu dan meletakkan wudhu pada tempatnya, lalu berkata ‘Allahu Akbar’.” (HR. Thabrani, dengan sanad yang shahih)
  • “Rasulullah SAW bersabda: Kunci shalat itu adalah suci, pembukanya adalah takbir dan penutupnya adalah salam.” (HR. Abu Dawud, Tirmizi dan dishahihkan olehnya dan disepakati oleh Adz Dzahabi)
  • Diriwayatkan bahwa: “Beliau SAW mengangkat keduatangannya sambil meluruskan jari-jemarinya, tidak merenggangkannya dan tidak pula menggenggamnya.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah, Tamam, Al Hakim dan disahihkan olehnya dan disepakati oleh Adz Dzahabi)


3. Bersedekap
Setelah bertakbiratul ihram kemudian meletakkan tangan di dada dengan telapak tangan kanan diatas punggung tangan kiri (sedekap).

Dalil Tentang Bersedekap
  • “Dari Wa’il bin Hujr katanya dia melihat Nabi SAW mengangkat kedua tangan pada permulaan shalat setentang dengan kedua telinganya sambil membaca takbir. Kemudian dilipatkannya bajunya lalu diletakkannya tangan kanan diatas tangan kiri. Ketika beliau hendak ruku’ dikeluarkannya kedua tangannya dari lipatan bajunya, kemudian diangkatnya sambil membaca takbir, lalu beliau ruku’. Ketika beliau membaca “sami’Allahu liman hamidah” diangkatnya pula kedua tangannya. Ketika sujud, beliau sujud antara kedua telapak tangannya.” (HR. Muslim)
  • “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda: Sesungguhnya kami sekalian para Nabi telah diperintahkan untuk menyegerakan berbuka puasa dan mengakhirkan makan sahur, dan untuk meletakkan tangan tangan kanan kami di atas tangan-tangan kiri kami pada waktu shalat.” (HR. Ibnu Hibban dan Adh-Dhiya, dengan sanad yang shahih)
  • Beliau melarang untuk meletakkan tangan di atas lambung (perut) di dalam shalat.” (HR. Bukhari & Muslim)


4. Doa Iftitah
Setelah bersedekap kemudian Membaca Doa Iftitah. Ada banyak bacaan iftitah yang diajarkan oleh Rasulullah, boleh memilih salah satunya saja, atau menggabungkannya (jika shalat sendirian/sunat).

Dalil Tentang Doa Iftitah
  • “Dari Ibnu Umar bin Khattab katanya: Ketika kami sedang shalat bersama-sama Rasulullah SAW, tiba-tiba ada seorang laki-laki dalam jamaah membaca:
الله اكبركبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة واصيلا  
(Allah maha besar sebesar-besarnya, pujian yang tak terhenti bagi ALLAH, maha suci ALLAH sepanjang pagi dan petang) Maka bertanya Rasulullah SAW: Siapa yang membaca kalimat itu tadi? Jawab laki-laki itu: Saya, wahai Rasulullah!
Sabda Rasulullah SAW: Aku kagum dengan kalimat itu, karenanya dibukakan segala pintu langit.
Kata Ibnu Umar: Aku tidak pernah lupa membacanya sejak kudengar Rasulullah SAW membacanya.” (HR. Muslim)


5. Membaca Al-Fatihah
Setelah membaca doa Iftitah kemudian membaca ta’awudz (berlindung daripada syetan) kemudian melanjutkannya dengan membaca Surah Al-Fatihah.

Dalil Tentang membaca Al-Fatihah
  • Sebelum memulai bacaan dalam shalat, Nabi SAW mengucapkan: “Aku berlindung kepada ALLAH dari setan yang terkutuk, dari kesombongannya dan sihirnya serta godaannya.” (HR. Tirmidzi, Nasa’i, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Baihaqi)
  • Dari Ubadah bin Shamit ra: Bahwa Nabi SAW bersabda: “Tidak sah shalatnya orang yang tidak membaca surat Al Fatihah.” (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmed & Ad Darami)


6. Membaca Ayat atau Surah Al-Qur’an
Setelah membaca Surah Al Fatihah kemudian Membaca salah satu Ayat atau Surah dari Al Qur’an

Dalil Membaca Ayat
  • Dari Abu Hurairah katanya Rasulullah SAW bersabda : “Tidak sempurna shalat, melainkan dengan membaca bacaan (ayat).” kata Abu Hurairah: 'Karena itu apa yang dibacanya (Nabi SAW) nyaring, kami baca pula nyaring kepadamu. Dan apa yang dibacanya perlahan, kami baca pula perlahan kepadamu'.” (HR. Muslim)
  • Dari Atha’ katanya Abu Hurairah berujar: “Dalam setiap shalat Rasulullah SAW selalu membaca bacaan (ayat). Karena itu bacaan yang dinyaringkannya kepada kami, kami nyaringkan pula, dan bacaan yang perlahan-lahan dibacanya kami perlahankan pula kepadamu.” Lalu seorang laki-laki bertanya, “Bagaimana kalau tidak kutambah lagi bacaanku selain membaca Al Fatihah?” Jawabnya (Abu Hurairah), “Jika anda tambah lebih baik, jika tidak maka Al Fatihah sudah cukup. (HR. Muslim)

7. Ruku’
Setelah selesai membaca ayat kemudian bertakbir sambil mengangkat kedua tangan seperti ketika bertakbiratul ihram dengan membaca kalimat takbir “ALLAHU AKBAR”.
Setelah selesai membaca takbir, kemudian RUKUK dengan cara membungkukkan badan dengan posisi tangan diletakkan di atas lutut, dan punggung rata atau lurus, kemudian membaca tasbih RUKU’ sebanyak 3 kali: ‘subhana rabii al adzim’ atau membaca: ‘subhaanaka allaahumma rabbanaa wabihamdika allahummaghfirlii’ (Maha Suci Engkau ya Allah, Tuhan kami dengan memuji-Mu, ya Allah ampunilah aku) sebagaimana hadits dibawah ini.
  • “Aisyah Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dalam ruku' dan sujudnya membaca: ‘subhaanaka allaahumma rabbanaa wabihamdika allahummaghfirlii’.” (Muttafaq Alaihi)

Dalil Tentang Ruku’
  • Hadis tentang takbir ruku adalah hadis shahih muttafaq ‘alaih, sehingga seluruh Mazhab mengganggapnya termasuk rukun shalat, jika terlupa membacanya, maka membatalkan shalatnya, dan ia harus mengulang shalatnya.
  • “Dari Abu Qilaabah, bahwa ia melihat Malik bin Huwairits ketika ia shalat, ia bertakbir lalu mengangkat kedua tangannya. Ketika ingin rukuk, ia mengangkat kedua tangannya. Ketika mengangkat kepala dari rukuk, ia mengangkat kedua tangannya. Ia (Malik) bercerita bahwa Rasulullah SAW dahulu berbuat seperti itu. (HR. Bukhari, Muslim, Nasa’i, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmed bin Hanbal & Ad-Darami)

Tata Cara Ruku’
  • Dari ‘Aisyah katanya : “Rasulullah SAW memulai salat beliau dengan takbir. Sesudah itu beliau baca surat Al Fatihah. Apabila beliau Ruku’ kepalanya tidak mendongak dan tidak pula menunduk, tetapi pertengahan (sehingga kepala beliau kelihatan rata dengan punggung). Apabila beliau bangkit dari Ruku’ beliau tidak sujud sebelum beliau berdiri lurus terlebih dahulu. Apabila beliau mengangkat kepala dari sujud (pertama), beliau tidak sujud (kedua) sebelum duduknya antara dua sujud itu tepat benar (sempurna) lebih dahulu. Tiap-tiap selesai dua rakaat, beliau membaca tahiyat sambil duduk menghimpit kaki kiri dan menegakkan kaki kanan. Beliau melarang duduk seperti cara setan duduk atau seperti binatang buas duduk. Dan beliau menyudahi salat dengan membaca salam.” (HR. Muslim)
  • “Mush’ab bin Saad berkata: Aku salat di samping ayahku (yaitu Saad bin Abu Waqash). Aku biarkan tanganku (terlepas) di depan lututku. Lalu ayah berkata: Tempelkan kedua telapak tanganmu di kedua lututmu. Kemudian aku melakukan hal itu sekali lagi. Ayah memukul tanganku seraya berkata: Kita dilarang melakukan itu (melepas tangan saat rukuk). Kita diperintah untuk menempelkan tangan kita pada lutut saat ruku’.” (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad bin Hanbal & Ad Darami)

Dalil Tentang Bacaan Ruku’
  • “Rasulullah SAW bersabda: Apabila salah seorang dari kamu mengucapkan ‘Subhana  abii al adzim’ tiga kali, maka telah sempurna ruku’nya.” (HR. Tirmizi, Abu Dawud, Nasai & Ibnu Majah)


8. I’tidal
Setelah membungkuk ruku’, kemudian bangkit berdiri tegak sambil mengangkat kedua tangan sambil membaca takbir I’tidal: ‘sami'allaahu liman hamidah’ (Maha mendengar ALLAH kepada yang memuji-Nya).
Setelah itu diam sekejap sambil meluruskan kedua tangan kemudian membaca tasbih I’tidal: ‘rabbanaa walakal hamdu’ (Ya Tuhan kami hanya bagi-Mu segala puji).

Dalil Tentang Membaca Takbir dan Tasbih I’tidal
  • “Dari Abu Hurairah ra: Bahwa Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya imam itu untuk diikuti. Karena itu, maka janganlah kalian menyalahinya. Apabila ia bertakbir, maka bertakbirlah kalian. Bila ia rukuk, maka rukuklah kalian. Bila ia membaca ‘sami’allahu liman hamidah’, maka bacalah ‘Allahumma rabbanaa lakal hamdu’. Bila ia sujud, maka sujudlah kalian. Dan bila ia shalat sambil duduk, maka shalatlah kalian sambil duduk.” (HR. Bukhari, Muslim, Nasa’i, Abu Dawud, Ibnu Majah)
Dalam hadis muttafaq alaihi ini terdapat tambahan Allahumma. Sedangkan Rabbana… itu kita ambil dari hadis Bukhari dan Muslim lainnya. Jika kita artikan maka Allahumma rabbana berarti “Ya ALLAH, ya Tuhan kami”.


9. Sujud
Setelah membaca tasbih tuma’ninah kemudian ber-SUJUD dengan cara membungkuk meletakkan wajah ke sajadah, kemudian membaca tasbih SUJUD sebanyak 3 kali: ‘Subhana rabii al a’la’ (Maha Suci Tuhan yang Maha Tinggi).

Dalil Tentanng Bacaan Sujud
  • “Dari Hudzaifah katanya ia melihat Rasulullah SAW sujud dengan mengucapkan: Subhana rabii al a’la (Maha Suci Tuhan yang Maha  Tinggi). “(HR. Muslim)
  • “Rasulullah SAW mengajarkan: Apabila salah seorang dari kamu bersujud, hendaklah ia mengucapkan ‘Subhana rabii al a’la’ tiga kali, dan itulah yang paling sedikit.” (HR. Tirmizi, Abu Dawud, Nasa’i & Ibnu Majah)

Tata Cara Sujud
  • Dari Al Barra’ katanya Rasulullah SAW bersabda: “Apabila engkau sujud, letakkan telapak tanganmu dan tinggikan kedua sikumu.” (HR. Muslim)
  • Dari Maimunah isteri Nabi SAW katanya: “Apabila Rasulullah SAW sujud direnggangkannya kedua sikunya dari rusuk, sehingga kelihatan putih ketiak beliau. Dan apabila beliau duduk antara dua sujud dan pada tasyahud awal, beliau duduk tenang di atas pahanya yang kiri.” (HR. Muslim)
  • “Dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: Nabi SAW diperintahkan untuk sujud dengan tujuh anggota badan dan dilarang menutup dahinya dengan rambut dan pakaian.” (HR. Bukhari, Muslim, Nasa’i, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmed bin Hanbal & Ad-Darami)

Hadits diatas mengatakan bahwa Tujuh anggota badan itu ialah: 
(1) wajah yaitu dahi dan hidung ;

(2-3) kedua belah telapak tangan ;
(4-5) kedua ujung lutut ;
(6-7) kedua ujung kaki.
  • Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Ketahuilah bahwa aku benar-benar dilarang untuk membaca al-Qur'an sewaktu ruku' dan sujud, adapun sewaktu ruku' agungkanlah Tuhan dan sewaktu sujud bersungguh-sungguhlah dalam berdoa karena besar harapan akan dikabulkan do'amu.” (HR. Muslim.)


10. Duduk di Antara Dua Sujud
Setelah bersujud kemudian bangkit duduk dengan cara bangkit dari sujud sambil membaca takbir “Allahu Akbar” tetapi membaca takbir ini tidak dengan mengangkat kedua tangan. Kemudian duduk dengan menekukkan ujung kaki kanan dan setelah duduk tegak sempurna kemudian membaca: allaahummagh firlii, warhamnii, wahdinii, wa 'afinii, war zugnii (Ya Allah, ampunilah aku, kasihanilah diriku, berilah petunjuk padaku, limpahkan kesehatan padaku dan berilah rizqi padaku).

Dalil Tentang Bacaan Duduk di Antara Dua sujud
  • Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam antara dua sujud biasanya membaca: “Allaahummagh firlii, warhamnii, wahdinii, wa 'afinii, war zugnii (Ya Allah, ampunilah aku, kasihanilah diriku, berilah petunjuk padaku, limpahkan kesehatan padaku dan berilah rizqi padaku)." Diriwayatkan oleh Imam Empat kecuali Nasa'i dengan lafadz hadits menurut Abu Dawud. Shahih menurut Hakim.


11. Sujud
Setelah membaca doa zikir duduk antara dua sujud kemudian kembali membaca takbir sambil membungkuk untuk ber-SUJUD dan kembali membaca tasbih SUJUD 3 kali: Subhana rabii al a’la (Maha Suci (Allah) Tuhan yang Maha Tinggi).

Dalil Tentang Sujud ke-2
  • “Dari Barra bin Azib, ia berkata: Aku mengamati shalat Muhammad SAW. Aku perhatikan berdirinya, rukuknya, I’tidal setelah rukuk, sujudnya, duduk antara dua sujud, sujud kedua, duduk antara salam dan selesai shalat, (aku perhatikan) satu dengan lainnya saling sama.” (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Abu Dawud, Ahmed bin Hanbal & Ad-Darami)
  • Dari Abu Salamah bin Abdurrahman bahwa Abu Hurairah shalat mengimami para sahabat. Ia bertakbir tiap kali turun dan bangun. Ketika selesai ia berkata: “Demi Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang paling mirip dengan shalatnya Rasulullah SAW.” (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmed bin Hanbal, Malik & Ad-Darami)


12. Duduk Tuma’ninah Setalah Sujud yang Ke-2
Setelah bangkit dari sujud yang kedua, hendaknya duduk tuma’ninah sekejap dua atau 5 detik kemudian kembali berdiri untuk mengerjakan rakaat selanjutnya sambil membaca takbir, setelah berdiri dengan sempurna kemudian memulai rakaat selanjutnya dengan kembali membaca Fatihah.

Dalil Tentang Duduk Tuma’ninah Setelah Sujud ke-2
  • “Dari Malik Ibnu al-Huwairits Radliyallaahu 'anhu bahwa dia pernah melihat Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sedang sholat, apabila beliau dalam rakaat ganjil dari sholatnya beliau tidak bangkit berdiri sebelum duduk dengan tegak.” (HR. Bukhari)


13. Duduk Tahiyat atau Duduk Tasyahud
Duduk tahiyat awal adalah duduk sesudah sujud kedua pada setiap dua rakaat, dengan cara meluruskan ujung kaki kiri dan menegakkan  ujung kaki kanan, kemudian membaca “Attahiyyatul mubarokatush-sholawatulillah….”
Sesudah sampai pada membaca syahadat, kemudian bangkit berdiri sambil bertakbir untuk melanjutkan rakaat selanjutnya.

Tata Cara Duduk Tasyahud
  • Dari ‘Aisyah katanya : “Rasulullah SAW memulai shalat beliau dengan takbir. Sesudah itu beliau baca surat Al Fatihah. Apabila beliau Ruku’ kepalanya tidak mendongak dan tidak pula menunduk, tetapi pertengahan (sehingga kepala beliau kelihatan rata dengan punggung). Apabila beliau bangkit dari Ruku’ beliau tidak sujud sebelum beliau berdiri lurus terlebih dahulu. Apabila beliau mengangkat kepala dari sujud (pertama), beliau tidak sujud (kedua) sebelum duduknya antara dua sujud itu tepat benar (sempurna) lebih dahulu. Tiap-tiap selesai dua rakaat, beliau membaca tahiyat sambil duduk menghimpit kaki kiri dan menegakkan kaki kanan. Beliau melarang duduk seperti cara setan duduk atau seperti binatang buas duduk. Dan beliau menyudahi shalat dengan membaca salam.” (HR. Muslim)
  • Dari Amir bin Abdullah bin Zubair dari bapaknya, katanya : “Apabila Rasulullah SAW duduk mendoa (tasyahud dalam shalat) diletakkannya tangan kanan diatas paha kanan, tangan kiri diatas paha kiri. Beliau menunjuk dengan telunjuk, meletakkan ibu jari di jari tengah serta meletakkan telapak tangan kiri di atas lutut.” (HR. Muslim)

Dalil Tentang Bacaan Tasyahud Pertama
  • “Abdullah Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berpaling pada kami kemudian bersabda: ‘Apabila seseorang di antara kamu sholat hendaknya ia membaca:
 اَلتَّحِيَّاتُ لِلَّهِ , وَالصَّلَوَاتُ , وَالطَّيِّبَاتُ , اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا اَلنَّبِيُّ وَرَحْمَةَ اَللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ , اَلسَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اَللَّهِ اَلصَّالِحِينَ , أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ , وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
(Segala penghormatan, sholawat, dan kebaikan itu hanya bagi Allah semata. Semoga selamat sejahtera dilimpahkan kepadamu wahai Nabi beserta rahmat Allah dan berkah-Nya. Semoga selamat sejahtera dilimpahkan kepada kami dan kepada hamba-hamba-Nya yang shaleh. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah Yang Esa tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu hamba dan utusan-Nya), kemudian hendaknya ia memilih doa yang ia sukai lalu berdoa dengan doa itu." Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut riwayat Bukhari.
Menurut riwayat Nasa'i: Kami telah membaca doa itu sebelum tasyahud itu diwajibkan atas kami.
  • ”Menurut riwayat Ahmad: bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam telah mengajarinya tasyahud dan beliau memerintahkan agar mengajarkannya kepada manusia.”
  • “Menurut riwayat Muslim bahwa Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengajarkan kepada kami tasyahhud:
اَلتَّحِيَّاتُ اَلْمُبَارَكَاتُ اَلصَّلَوَاتُ لِلَّهِ ... - إِلَى آخِرِهِ
 (Segala kehormatan yang penuh berkah, sholawat kebaikan hanya bagi Allah semata... sampai akhir).”
  • “Dari Abdullah bin Mas’ud ra dia berkata: Ketika kami bermakmum di belakang Rasulullah SAW kami membaca : “Keselamatan tetap kepada Allah, keselamatan tetap kepada si fulan.” Suatu hari Rasulullah SAW bersabda kepada kami : Sesungguhnya Allah adalah keselamatan itu sendiri. Jadi apabila salah seorang di antara engkau duduk (membaca tasyahud) hendaknya membaca: ‘Segala kehormatan, semua rahmat dan semua yang baik itu milik Allah. Semoga keselamatan, rahmat Allah dan berkah-Nya dilimpahkan kepadamu, wahai Nabi. Semoga keselamatan dilimpahkan kepada kami dan kepada para hamba Allah yang saleh.” Apabila dia telah membacanya, maka keselamatan itu akan menyebar kepada semua hamba Allah yang saleh baik yang di langit maupun yang di bumi. ‘Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad hamba-NYA dan Rasul-NYA’, kemudian berdoalah sesukanya.” (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmed bin Hanbal)


14. Duduk tahiyat akhir
Adalah duduk pada rakaat terakhir, dengan cara meluruskan ujung kaki kiri dan menegakkan ujung kaki kanan, kemudian membaca: “Attahiyyatul mubarokatush-sholawatulillah….”

Dalil Tentang Cara Duduk Tasyahud Akhir
  • Dari Muhammad bin Amr bin Atha’, bahwasanya ia duduk dengan sekelompok sahabat Nabi SAW. Lalu kami menyebutkan tentang shalat Nabi SAW, maka Abu Humaid As Sa’idi berkata: “Aku adalah orang yang paling hafal di antara kalian tentang shalat Rasulullah SAW, aku melihat beliau bertakbir seraya menempatkan kedua tangannya sejajar dengan kedua pundaknya. Apabila ruku’ beliau menempatkan kedua tangannya pada kedua lututnya, kemudian beliau meratakan belakangnya (punggungnya). Apabila mengangkat kepalanya, beliau tegak hingga setiap ruas tulang belakang kembali pada tempatnya. Apabila sujud, beliau meletakkan kedua tangannya tanpa menelungkupkan dan tidak pula merapatkannya, dan menghadapkan jari-jarinya ke kiblat. Apabila duduk pada dua rakaat, beliau duduk di atas kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya. Apabila duduk pada rakaat terakhir beliau memajukan kaki kirinya dan menegakkan kaki yang satunya, seraya duduk dengan pantatnya.” (HR. Bukhari)

Dalil Tentang shalawat Nabi
  • “Dari Abdullah bin Abu Laila, dia berkata: Kaab bin Ujrah menemuiku dan berkata: Maukah engkau aku berikan hadiah? Rasulullah SAW pernah menemui kami, lalu kami berkata: “Kami telah mengetahui cara membaca salam untuk baginda, lalu bagaimana kami membaca selawat untuk anda?” Beliau SAW bersabda: Bacalah, “Ya Allah, limpahkan kesejahteraan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah melimpahkan kesejahteraan kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau maha terpuji lagi mulia. Ya Allah, limpahkanlah keberkahan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan keberkahan kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau maha terpuji lagi maha mulia.” (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmed bin Hanbal)
  • “Dari Abu Mas'ud bahwa Basyir Ibnu Sa'ad bertanya: Wahai Rasulullah, Allah memerintahkan kepada kami untuk bersholawat padamu, bagaimanakah cara kami bersholawat padamu? beliau diam kemudian bersabda: Ucapkanlah:
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ , وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ , كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ , وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ , وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ , كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي اَلْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
(Ya Allah limpahkanlah rahmat atas Muhammad dan keluarganya sebagaimana telah Engkau limpahkan rahmat atas Ibrahim. Berkatilah Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau telah memberkati Ibrahim. Di seluruh alam ini Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung), kemudian salam sebagaimana yang telah kamu ketahui." (HR. Muslim). Dalam hadits tersebut Ibnu Khuzaimah menambahkan: "Bagaimanakah cara kami bersholawat padamu, jika kami bersholawat padamu pada waktu sholat."


16. Salam
Sesudah selesai membaca tahiyat akhir, kemudian mengakhiri shalat dengan mengucapkan SALAM sambil menolehkan wajah ke sebelah kanan, kemudian menoleh ke sebelah kiri seraya membaca SALAM.

Dalil Tentanng Salam
  • Dari Abu Ma’mar ra. Katanya : “Seorang Amir (pemimpin) dari Makkah menyudahi shalat dengan dua kali salam. Maka bertanya Abdullah, “Dari mana anda peroleh cara begitu?” Kata Al Hakam didalam hadisnya, “Sesungguhnya Rasulullah SAW melakukan seperti itu.” (HR. Muslim)
  • Dari Amir bin Sa’ad dari bapaknya (Sa’ad bin Abi Waqash ra), katanya : “Aku melihat Rasulullah SAW memberi salam ke kanan dan ke kiri sehingga terlihat olehku putih pipi beliau.” (HR. Muslim)
  • Wail Ibnu Hujr Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku pernah shalat bersama Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, beliau salam ke sebelah kanan dan kiri dengan (ucapan):
اَلسَّلَام عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اَللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
(Semoga salam sejahtera atasmu beserta rahmat Allah dan berkah-Nya). (HR. Abu Dawud dengan sanad shahih)


Perintah dari Nabi Muhammad SAW untuk bertuma’ninah dalam shalat
Hadis riwayat Abu Hurairah ra :
Bahwa Rasulullah SAW masuk mesjid. Lalu seorang laki-laki masuk dan melakukan shalat. Setelah selesai ia datang dan memberi salam kepada Rasulullah SAW. Beliau menjawab salamnya lalu bersabda : Ulangilah shalatmu, karena sesungguhnya engkau belum shalat. Lelaki itu kembali shalat seperti shalat sebelumnya. Setelah shalatnya yang kedua ia mendatangi Nabi SAW dan memberi salam. Rasulullah SAW menjawab : Wa’alaikas salam. Kemudian beliau bersabda lagi : Ulangi shalatmu, karena sesungguhnya engkau belum shalat. Sehingga orang itu mengulangi shalatnya sebanyak tiga kali. Lelaki itu berkata : Demi Zat yang mengutus anda dengan membawa kebenaran, saya tidak dapat mengerjakan yang lebih baik daripada ini semua. Ajarilah saya. Beliau bersabda : Bila engkau melakukan shalat, bertakbirlah. Bacalah bacaan dari Al-Quran yang engkau hafal. Setelah itu rukuk hingga engkau tenang dalam rukukmu. Bangunlah hingga berdiri tegak. Lalu bersujudlah hingga engkau tenang dalam sujudmu. Bangunlah hingga engkau tenang dalam dudukmu. Kerjakan semua itu dalam seluruh shalatmu.” (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmed bin Hanbal)